Jumat, 08 Mei 2009

GAWAT DARURAT PEMAKAIAN LENSA KONTAK

Komplikasi lensa kontak dapat terjadi pada pemakaian soft lens maupun hard lens dan Rigid Gas Permeable Lens. Komplikasi tersebut memerlukan pertolongan segera supaya penyakit tidak bertambah parah.

Beberapa penyebab komplikasi, yaitu:
  • Faktor Mekanis: bila fitting lensa kontak tidak sempurna atau kualitas lensa kontak tidak baik.
  • Faktor Fisiologis: lensa kontak menyebabkan kebutuhan fisiologis kornea meningkat, mengakibatkan reaksi hipoksia.
  • Faktor lingkungan: lingkungan kotor, udara kotor sangat merugikan pemakai lensa kontak.
  • Faktor Ketidaktaatan dalam menjaga kebersihan lensa kontak, cairan perendam, pemakaian lensa komtak yang terlalu lama (over wearing).

Komplikasi lensa kontak yang sering terjadi adalah:

ULKUS KORNEA

Definisi: Hilangnya lapisan epitel kornea disertai nekrosis stroma dengan inflamasi.

Lokasi: di sentral atau parastrenal.

Etiologi: Keadaan hipoksia pada pemakaian lensa kontak terutama pada extended wear soft lens yang menyebabkan daya tahan menurun dan mudah terkena infeksi bakteri yang berbahaya, seperti Pseudomonas aeruginosa, Acanthamoeba. Infeksi berasal dari tangan kotor, tempat penyimpanan lensa kontak dan cairan-cairan lensa kontak yang terkontaminasi.

Gejala Klinik:

  • mata merah
  • nyeri hebat
  • sekret
  • fotofobia
  • visus sangat menurun.

Pada pemeriksaan:

  • palpebra edema
  • konjungtiva merah
  • injeksi siliar
  • bercak putih pada kornea

Pemeriksaan Fluoresin: Positif, kadang-kadang terdapat flare pada bilik mata depan.

Penanganan:

  • lensa kontak harus segera dibuka
  • pada ulkus, berikan tetes mata sulfas atropin 1% 1-3x/hari, serta tetes mata antibiotika spektrum luas tiap jam.
  • follow up bila ulkus pada kedua mata, penderita harus di rawat inap dan diperiksa setiap hari, bila ulkus luas pada 1 mata, penderita harus di rawat inap dan diperiksa tiap hari selama 1 minggu selanjutnya tiap hari.
  • disarankan membeli lensa kontak baru setelah istirahat 3 bulan.

CLARE (Contact Lens Acute Red Eye)
Definisi: suatu reaksi inflamasi yang serius, sering pada extended wear lens, sering terjadi pada pagi hari ketika bangun tidur karena lensa kontak digunakan terus-menerus beberapa hari dan tidak dibuka saat tidur.

Gejala klinik:

  • mata merah
  • berair
  • penglihatan menurun
  • nyeri pagi hari

Pemeriksaan : kornea edema dan terdapat infiltrate.

Penanganan:

  • lensa konta harus segera dibuka
  • beri tetes mata antibiotik
  • istirahat lensa kontak selama 2 minggu
  • disarankan tidak menggunakan lensa kontak saat tidur

Jumat, 17 April 2009

AIDS

Definisi
  • HIV adalah virus yang menyerang sistem imun, khususnya sel limfosit T (CD4+). Terdiri dari 2 type : HIV1 dan HIV2.
  • AIDS adalah kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termasuk famili retroviridae, merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.

Epidemiologi

  • Wilayah terbanyak Afrika Sub-Sahara.
  • Di dunia 33,2 juta HIV (+), 2,1 juta meningkat karena AIDS.
  • Indonesia --> pertumbuhan epidemik HIV tercepat dengan jumlah kasus 10.384 (papua terbanyak).
  • Insidensi : pria : wanita = 4,07 : 1
  • Usia : 20-29 tahun (53,80%)

Etiologi

Human Imunodeficiency virus tipe 1 & 2.

Sel target HIV :

  • Th CD4+.
  • Sel dendritik.
  • Makrofag.
  • Tc CD8+.
  • Sel NK (CD4+, CCR5).

Faktor Risiko

  • Homoseksual (72%)
  • Penyalahgunaan obat IV (intravena) (17%)
  • Heteroseksual (4%)
  • Resipien transfusi (1 %)
  • Pediatri (1%)

Patogenesis dan Patofisiologi

Manifestasi Klinis

Stadium 1 :

  • Akut
  • Asimptomatik
  • KGB membesar
  • Limfadenopati generalisata yang persisten

Stadium 2 :

  • Persisten hepatosplenomegali tanpa sebab yang jelas
  • Erupsi pruritus papular
  • Angular cheilitis
  • Eritema pada garis ginggiva
  • Infeksi wart virus yang luas
  • Molluscum contangiosum
  • Ulkus pada rongga mulut yang tidak sembuh
  • Pembesaran kelenjar parotis tanpa ada sebab yang jelas
  • Herpes zoster
  • Infeksi saluran pernapasan atas yang kronis (otitis media, otorhhoe, sinusitis, tonsilitis)
  • Penurunan berat badan (<>
  • Gangguan kulit (infeksi mukokutaneus, yaitu seboroik dermatitis, prurigo, fungal nail infection, scabies).

Stadium 3 :

  • Berat badan menurun (>= 10% berat badan)
  • Diare kronik > 1 bulan, disebabkan oleh infeksi patogen bakteri seperti spesies Salmonella, dan Shigella.
  • Fever tidak terdiagnosis/tidak hilang > 1 bulan.
  • Oral candidiasis persisten.
  • Oral hairly leukoplekia.
  • Bronchiectasis dan infeksi oportunistik paru lainnya.
  • Anemia (<>
  • Vulva vagina candidiasis, kronis (>= 3 bulan), tidak responsive pada pengobatan.
  • TB paru.
  • Limfadenitis TB.
  • Pneumonia bacterial yang kambuh.
  • Aktivitas penyakit menurun 50%.

Stadium 4 :

  • Malnutrisi yang tidak membaik dengan terapi standart.
  • Infeksi bakteri (contoh: empyema, pyomyositis, infeksi tulang atau sendi, meningitis).
  • HIV wasting syndrome.
  • Pneumocytis cranii pneumonia (PCC)
  • Herpes simplex.
  • Candidiasis of oesophagus, trakea, lungs, bronchus.
  • Multifokal leukoencephalopaty
  • Sarkoma kaposi
  • Gangguan kulit --> khas : bruntus-bruntus hitam.
  • Leukoplakia hairy --> putih-putih dipinggir lidah
  • TBC milier
  • TB extra paru
  • Toxoplasmosis
  • HIV encephalopaty
  • Ulkus
  • Drug reaction

Klasifikasi

Senin, 13 April 2009

GONORRHOE PADA WANITA

Gejala :
  • Pada coitus maka eyaculat yang mengandung gonococcus berhubungan dengan vulva, vagina, dan portio. Gonococcus dapat memasuki muara urethra, saluran Bartholini, canalis cervicalis dan rectum. Pada wanita biasanya tidak sanggup memasuki selaput lendir epitel gepeng berlapis banyak dari vulva dan vagina. Hanya pada anak-anak, pada wanita tua dan dalam kehamilan dapat menimbulkan vaginitis dan vulvitis. Mula-mula terjadi infeksi rendah, tetapi sesudah menstruasi, abortus, dan persalinan, kuman tersebut dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi tinggi.
  • Beberapa jam setelah coitus, maka pada wanita yang kena infeksi GO timbul perasaan panas waktu kencing disebabkan radang urethra dan kelenjar paraurethrales. Kemungkinan infeksi di tempat-tempat ini terutama terjadi pada virgo, karena introitusnya sempit hingga emissio penis agak sukar.
  • Kalau cervix yang terserang, yang terutama terjadi pada multiparae karena introitusnya longgar, maka setelah beberapa hari timbul fluor yang bersifat nanah dan berwarna hijau kuning. Fluor ini kemudian dapat menginfeksi urethra dan kelenjar paraurethales. Pada infeksi GO yang baru, maka terjadi urethritis (95%), cervicitis (80%), bartholinitis (20%), procitis (10%).
  • Kalau radang naik maka terjadi endometritis gonorrhoica, salpingitis gonorrhoica dengan gejala sakit di perut bagian bawah, demam tinggi, dan gejala perangsangan peritoneum lainnya. Biasanya ostium abdominalis tubae tertutup hingga peritonotis gonorrhoica jarang terjadi. Selanjutnya dapat terjadi pyosalpinx dan tuboovarial abses.
  • Kalau fluor berlangsung lama dapat terjadi condylomata acuminata pada vagina, vulva, dan sekitarnya.
  • Anak yang lahir dari ibu yang menderita GO dapat menderita conjunctivitis gonorrhoica, yang dulu merupakan sebab penting dari kebutaan. Dengan profilakse dari Crede, infeksi ini dapat dicegah.

Diagnosis :

  • Wanita yang mengeluh tentang perasaan panas waktu kencing harus diperiksa alat kemaluannya.
  • Biasanya terdapat kemerahan pada daerah sekitar orificium urethrae dan pada muara kelenjar Bartholini.
  • Dari urethra terlihat keluarnya sekret bernanah terutama kalau urethra dipijat dengan jari dari atas ke bawah.
  • Dalam vagina terdapat banyak fluor yang berwarna hijau kuning dan cervix yang berwarna merah menyala keluar nanah.
  • Dengan lidiwatten yang steril dibuat sediaan apus dari sekret urethra dan cervix dengan diwarnai secara gram. Kalau terdapat diplococcus seperti buah kopi yang letaknya intraseluler, maka besar kemungkinannya GO yang kita hadapi.
  • Kadang-kadang untuk diagnosa pasti diperlukan pembiakan.
  • Gonorrhoe dapat menjadi kronis akan tetapi tidak menimbulkan kekebalan.
  • Diagnosa gonorrhoe yang menahun hanya dapat ditegakkan dengan pembiakan.

FLUOR ALBUS (LEUCORRHOE) / KEPUTIHAN

Fluor albus bukan penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang paling sering kita jumpai dalam ginekologi. Yang dinamakan fluor albus adalah cairan yang keluar dari vagina yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan darah. Secara normal selalu seorang wanita mengeluarkan cairan dari alat kemaluannya yang berasal dari :
  • ransudat dinding vagina.
  • lendir cervix.
  • lendir kelenjar-kelenjar Bartholini dan Skene.

Fluor albus dapat disebabkan karena :

  • infeksi yang biasanya menimbulkan fluor yang berwarna kuning atau hijau.
  • bertambahnya sekret yang normal, sifatnya jernih.

Cairan di atas tersebut, disebut luar biasa kalau :

  • menimbulkan bercak-bercak pada celana (berwarna kuning atau hijau).
  • berbau.
  • menyebabkan keluhan-keluhan seperti perasaan gatal dan panas pada vulva.

Asal Fluor :

  1. Vulva : sekret dalam vulva dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar Bartholini dan Skene. Sekret ini bertambah pada perangsangan, misalnya sewaktu coitus. Kalau kelenjar-kelenjar tersebut di atas meradang misalnya karena infeksi dengan gonococcus, maka sekret berubah menjadi fluor.
  2. Vagina : vagina tidak mempuunyai kelenjar dan dibasahi oleh cairan transudat dan oleh lendir cervix. pH dalam vagina kurang lebih 5, disebabkan karena kegiatan basil Dorderlein yang mengubah glykogen yang terdapat dalam epitel vagina menjadi acidum lacticum. Dalam kehamilan cairan vagina bertambah secara fisiologis.
  3. Cervix : sekret cervix yang normal bersifat jernih, liat dan alkalis. Sekret ini dipengaruhi hormon-hormon ovarium baik kwantitas maupun kualitasnya. Sekret bertambah juga pada infeksi (cervicitis) yang dipermudah kejadiannya oleh robekan cervix dan tumor cervix.
  4. Corpus uteri : hanya menghasilkan sekret pada fase post ovulatoar. Sekret bertambah pada endometritis akut, kalau ada sisa plasenta, polyp, myoma submucosa, dan carcinoma.
  5. Tuba : walaupun jarang mengeluarkan fluor albus, kadang-kadang terjadi pada hydrosalpinx profluens.

Diagnosa

  • Anamnesa : apakah ada partner dengan gonorrhoe.
  • Keadaan umum.
  • Pemeriksaan dalam.
  • Pemeriksaan mikrobiologis dan bakteriologis.

Cairan yang seperti susu biasanya berasal dari vagina.

Cairan yang liat mukopurulent berasal dari cervix.

Cairan yang purulent biasanya disebabkan gonococcus.

Cairan yang membuih disebabkan Trichomonas.

Zat seperti keju oleh monilia, biasanya disertai gatal yang sangat.

Cairan yang jernih terdapat pada astheni.

Fluor bercampur darah terdapat pada malignitas, endometris senilis.

Fluor albus pada anak biasanya disebabkan oleh : gonococcus, corpus allienum, oxyuris.

Fluor albus pada pubertas dapat disebabkan : astheni, rangsang seksuil (onani).

Fluor albus pada orang tua : pada kalpitis dan endometritis senilis, carcinoma.

Komplikasi :

  • pruritus.
  • ekzema.
  • condylomata acuminata sekitar vulva.

Terapi : Tergantung dari etiologi.

KELAINAN HAID

Kelainan haid yang dijumpai dapat berupa kelainan siklus atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan.
  1. Amenorrhoe : tidak ada haid.
  2. Pseudoamenorrhoe (kryptomenorrhoe) : ada haid tapi darah haid tidak dapat keluar karena tertutupnya tractus genitalis.
  3. Menstruatio praecox : timbulnya haid pada umur yang sangat muda.
  4. Hypomenorrhoe : haid teratur tetapi jumlah darahnya sedikit.
  5. Oligomenorrhoe : haid jarang, karena siklusnya panjang.
  6. Hypermenorrhoe (menorrhagia) : haid teratur tetapi jumlah darahnya banyak.
  7. Polymenorrhoe : haid teratur, tapi kerap datangnya, karena siklusnya pendek.
  8. Metrorrhagie : perdarahan rahim di luar waktu haid.
  9. Dysmenorrhoe : nyeri pada waktu haid

Kamis, 02 April 2009

PNEUMONIA PNEUMOKOK

Peneumonia Pneumokok disebabkan oleh pneumokokus (Streptococcus pneumoniae). Streptokokus pneumonia tumbuh dalam perbenihan agar darah dalam waktu 24-48 jam. Ada 75 tipe Strptokokus pneumonia, akan tetapi yang virulen hanya 3 tipe.
Pneumonia pneumokok ialah suatu infeksi paru akut yang dapat berupa pneumonia lobaris atau bronchopneumonia. Timbulnya beberapa hari setelah penderita mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas. Penderita-penderita dengan hipogamaglobulinemia atau multiple mieloma peka terhadap infeksi ini, begitu juga pada peminum alkohol.
Diseluruh dunia insiden penumonia yang disebabkan oleh pneumokokus pneumonia, akhir-akhir ini menurun dengan tajam, hal ini disebabkan oleh:
  1. Perbaikan higiene. Oleh karena standar hidup yang makin baik disertai peningkatan pengertian akan pentingnya kesehatan bagi setiap individu.
  2. Pemakaian obat-obat antimikroba. Tersedianya macam-macam obat antimikroba di pasaran dan pemberian antibiotik pada sebagian besar infeksi saluran napas bagian atas, sehingga jarang terjadi penjalaran infeksi saluran napas bagian atas ke saluran napas bagian bawah.

Patogenesis

Kuman yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveol menyebabkan reaksi radang berupa sembab seluruh alveol yang terkena disusul dengan infiltrasi sel-sel radang. Sebagian awal pertahanan tubuh, terjadi fagositosis kuman penyakit oleh sel-sel radang melalui proses psedopodi sitoplasmik yang mengelilingi dan "memakan" bakteri tersebut.

Pada waktu terjadi proses infeksi, akan nampak 4 zona pada daerah keradangan tersebut, yaitu:

  1. Zona luar: Alveol yang terisi kuman pneumokok dan cairan sembab.
  2. Zona permulaan konsolidasi: terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah.
  3. Zona konsolidasi yang luas: daerah terjadinya fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak.
  4. Zona resolusi: daerah terjadinya resolusi dengan banyak bakteri yang mati, lekosit dan makrofag alveolar.

Hepatisasi merah: daerah perifer yaitu terdapatnya sembab dan perdarahan.

Hepatisasi kelabu: daerah konsolidasi yang luas.

Gejala Klinik

Gejala bersifat akut, penderita merasa badannya panas dingin disertai menggigil dan disusul dengan peningkatan panas badan 40 derajat celcius. Panas badan meninggi pada pagi dan sore hari, atau mempunyai variasi diurnal.

Batuk-batuk terdapat pada 75% penderita, batuk disertai dahak berwarna merah coklat (sputa ruva), kadang-kadang berwarna hijau dan purulen. Dapat pula batuk disertai darah yang bervariasi dari sedikit sampai banyak. Nyeri dada atau nyeri pleuritik dirasakan waktu narik napas dalam (pluritic pain).

Gejala lain yang sering dikeluhkan ialah mialgia terutama di daerah lengan, tungkai dan herpes labialis dijumpai pada 10% penderita.

Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi, penderita tampak sangat sakit, berkeringat, panas tinggi, menggigil. Oleh karena nyeri dada, maka penderita berusaha memfiksir hemotoraks yang sakit, gerakan pernapasan pada bagian yang sakit tertinggal. Pada palpasi didapatkan redup dan pada auskultasi didapatkan suara napas bronkial, ronki basah halus, bronkofoni, whispered pectoriloquoy. Kadang-kadang terdengar bising gesek pleura. Distensi abdomen dijumpai, terutama bila ada konsolidasi dari lobus bawah dan keadaan ini perlu dibedakan dari kolesistitis atau peritonitis akut akibat perforasi.

Laboratorium

Pada pemeriksaan sputum didapatkan banyak sel PMN, diplokokus gram positif yang berbentuk lancet. Jumlah lekosit meningkat 10.000-30.000/mm3, namun 20% dari penderita tidak dijumpai lekositosis. Bila jumlah lekosit kurang dari 30.000/mm3, maka prognosisnya jelek. Hitung jenis shift to the left dan LED selalu tinggi. Bilirubin direk dan indirek naik oleh karena pemecahan sel darah merah yang terkumpul dalam alveol dan disfungsi hepar oleh karena hipoksia.

Radiologi

Terdapat bayangan kesuraman yang homogen pada satu lobus atau lebih.

Pengobatan

  1. Penisilin
  2. Eritromisin
  3. Kloramfenikol
  4. Tetrasiklin
  5. Linkomisin
  6. Sefalotin
  7. Pemberian oksigen melalui kateter nasal atau masker pada penderita dengan pneumonia yang luas disertai sianosis.
  8. Observasi tekanan darah, respirasi dan denyut jantung perlu dilakukan terus-menerus karena hipotensi merupakan tanda hipoksia berat, bakteriemia.

Hati-hati dengan pemakaian vasopresor karena dapat menambah vasokonstriksi dengan akibat penurunan aliran darah ke arteri koroner dan otak.

Komplikasi

  1. Empiema
  2. Efusi pleura
  3. Super infeksi
  4. Perikarditis
  5. Abses paru
  6. Atelektasis
  7. Resolusi yang terlambat
  8. Endokarditis
  9. Meningitis
  10. Gangren
  11. Artritis
  12. Nefritis

Prognosis

Bila yang terkena hanya 1 lobus, maka mortalitas 1%. Bila disertai bakteriemia, leukopenia atau proses pneumonia mengenai 2-3 lobus, maka mortalitas naik menjadi 10%. Mortalitas juga meningkat pada umur tua, pada kehamilan trimester III, dan adanya penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal, sirosis hati, penyakit jantung, dan penyakit paru sebelumnya.

Filariasis

Sinonim

Elefantiasis tropikal, Filiarosis, Bancrof's filariasis, Malayan Filiariasis, Elefantiasis Arabum.

Definisi

Merupakan penyakit yang selalu terdapat di daerah tropis yang disebabkan oleh infestasi cacing filaria. Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk-nyamuk antroprofilik, pada umumnya dari genus culex, aedes, mansonia, dan anopheles. Filariasis menyerang sistem kelenjar dan saluran getah bening.

Etiologi

Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.

Siklus Hidup Cacing Filaria
  1. Siklus ekstrinsik (cacing dalam tubuh vektor, yaitu nyamuk). Di dalam tubuh vektor (nyamuk), larva tidak memperbanyak diri tapi bermigrasi dari lambung ke rongga abdomen kemudian ke kepala serta alat tusuk nyamuk.

  2. Siklus intrinsik (cacing dalam tubuh penderita). Melalui tusukan pada kulit, cacing terdapat dalam tubuh penderita mengikuti saluran limfe. Tempat yang disukai adalah kelenjar getah bening panggul dan pangkal paha.

Manifestasi Klinik

Dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu:

  1. Asimtomatik : mikrofilaria ditemukan dalam sirkulasi.
  2. Fase inflamatori, ditandai dengan episode demam, limfangitis, limfadenitis, edema, orchitis, epididimitis, dan funikulitis.
  3. Tingkat obstruksi dan ruptur limfatik, yang dapat menyebabkan hidrokel atau chylocoele pada skrotum yang ditandai dengan kiluria (chyluria) dan asites kilus (chylous ascites).

Infeksi biasanya dimulai dengan limfangitis, orchitis, atau epididimitis yang dapat berkembang menyerupai erisipelas.

Laboratorium

  • Pemeriksaan darah tepi pada ujung jari I dan III, IV diambil malam hari.
  • Pemeriksaan cairan hidrokel dan kiluria.
  • Pemeriksaan untuk menemukan cacing dewasa melalui biopsi pada nodul kelenjar limfe.

Diagnosis Banding

  • Limfangitis karena infeksi bakteri.
  • Lesi di genital didiagnosis banding dengan limfo granuloma venerum.
  • Elefantiasis di kaki didiagnosis banding dengan kromomikosis dan mikosis profunda lainnya.

Pengobatan

  • Dietilkarbamazin.
  • Pembedahan dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki pembengkakan pada jaringan subkutan, skrotum, dan payudara.
  • Edema pada kaki dapat diatasi dengan pembalut tekanan atau stocking elastic dari kaki keatas.

Prognosis

  • Pada infeksi ringan prognosis baik.
  • Pada elefantiasis prognosis kuran baik.