Kamis, 02 April 2009

PNEUMONIA PNEUMOKOK

Peneumonia Pneumokok disebabkan oleh pneumokokus (Streptococcus pneumoniae). Streptokokus pneumonia tumbuh dalam perbenihan agar darah dalam waktu 24-48 jam. Ada 75 tipe Strptokokus pneumonia, akan tetapi yang virulen hanya 3 tipe.
Pneumonia pneumokok ialah suatu infeksi paru akut yang dapat berupa pneumonia lobaris atau bronchopneumonia. Timbulnya beberapa hari setelah penderita mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas. Penderita-penderita dengan hipogamaglobulinemia atau multiple mieloma peka terhadap infeksi ini, begitu juga pada peminum alkohol.
Diseluruh dunia insiden penumonia yang disebabkan oleh pneumokokus pneumonia, akhir-akhir ini menurun dengan tajam, hal ini disebabkan oleh:
  1. Perbaikan higiene. Oleh karena standar hidup yang makin baik disertai peningkatan pengertian akan pentingnya kesehatan bagi setiap individu.
  2. Pemakaian obat-obat antimikroba. Tersedianya macam-macam obat antimikroba di pasaran dan pemberian antibiotik pada sebagian besar infeksi saluran napas bagian atas, sehingga jarang terjadi penjalaran infeksi saluran napas bagian atas ke saluran napas bagian bawah.

Patogenesis

Kuman yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveol menyebabkan reaksi radang berupa sembab seluruh alveol yang terkena disusul dengan infiltrasi sel-sel radang. Sebagian awal pertahanan tubuh, terjadi fagositosis kuman penyakit oleh sel-sel radang melalui proses psedopodi sitoplasmik yang mengelilingi dan "memakan" bakteri tersebut.

Pada waktu terjadi proses infeksi, akan nampak 4 zona pada daerah keradangan tersebut, yaitu:

  1. Zona luar: Alveol yang terisi kuman pneumokok dan cairan sembab.
  2. Zona permulaan konsolidasi: terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah.
  3. Zona konsolidasi yang luas: daerah terjadinya fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak.
  4. Zona resolusi: daerah terjadinya resolusi dengan banyak bakteri yang mati, lekosit dan makrofag alveolar.

Hepatisasi merah: daerah perifer yaitu terdapatnya sembab dan perdarahan.

Hepatisasi kelabu: daerah konsolidasi yang luas.

Gejala Klinik

Gejala bersifat akut, penderita merasa badannya panas dingin disertai menggigil dan disusul dengan peningkatan panas badan 40 derajat celcius. Panas badan meninggi pada pagi dan sore hari, atau mempunyai variasi diurnal.

Batuk-batuk terdapat pada 75% penderita, batuk disertai dahak berwarna merah coklat (sputa ruva), kadang-kadang berwarna hijau dan purulen. Dapat pula batuk disertai darah yang bervariasi dari sedikit sampai banyak. Nyeri dada atau nyeri pleuritik dirasakan waktu narik napas dalam (pluritic pain).

Gejala lain yang sering dikeluhkan ialah mialgia terutama di daerah lengan, tungkai dan herpes labialis dijumpai pada 10% penderita.

Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi, penderita tampak sangat sakit, berkeringat, panas tinggi, menggigil. Oleh karena nyeri dada, maka penderita berusaha memfiksir hemotoraks yang sakit, gerakan pernapasan pada bagian yang sakit tertinggal. Pada palpasi didapatkan redup dan pada auskultasi didapatkan suara napas bronkial, ronki basah halus, bronkofoni, whispered pectoriloquoy. Kadang-kadang terdengar bising gesek pleura. Distensi abdomen dijumpai, terutama bila ada konsolidasi dari lobus bawah dan keadaan ini perlu dibedakan dari kolesistitis atau peritonitis akut akibat perforasi.

Laboratorium

Pada pemeriksaan sputum didapatkan banyak sel PMN, diplokokus gram positif yang berbentuk lancet. Jumlah lekosit meningkat 10.000-30.000/mm3, namun 20% dari penderita tidak dijumpai lekositosis. Bila jumlah lekosit kurang dari 30.000/mm3, maka prognosisnya jelek. Hitung jenis shift to the left dan LED selalu tinggi. Bilirubin direk dan indirek naik oleh karena pemecahan sel darah merah yang terkumpul dalam alveol dan disfungsi hepar oleh karena hipoksia.

Radiologi

Terdapat bayangan kesuraman yang homogen pada satu lobus atau lebih.

Pengobatan

  1. Penisilin
  2. Eritromisin
  3. Kloramfenikol
  4. Tetrasiklin
  5. Linkomisin
  6. Sefalotin
  7. Pemberian oksigen melalui kateter nasal atau masker pada penderita dengan pneumonia yang luas disertai sianosis.
  8. Observasi tekanan darah, respirasi dan denyut jantung perlu dilakukan terus-menerus karena hipotensi merupakan tanda hipoksia berat, bakteriemia.

Hati-hati dengan pemakaian vasopresor karena dapat menambah vasokonstriksi dengan akibat penurunan aliran darah ke arteri koroner dan otak.

Komplikasi

  1. Empiema
  2. Efusi pleura
  3. Super infeksi
  4. Perikarditis
  5. Abses paru
  6. Atelektasis
  7. Resolusi yang terlambat
  8. Endokarditis
  9. Meningitis
  10. Gangren
  11. Artritis
  12. Nefritis

Prognosis

Bila yang terkena hanya 1 lobus, maka mortalitas 1%. Bila disertai bakteriemia, leukopenia atau proses pneumonia mengenai 2-3 lobus, maka mortalitas naik menjadi 10%. Mortalitas juga meningkat pada umur tua, pada kehamilan trimester III, dan adanya penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, penyakit ginjal, sirosis hati, penyakit jantung, dan penyakit paru sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar